Merenda Rahmat dibalik Kegagalan

Website Instan

Musa Shofiandy[Sasak.Org] Kodrat manusia sebagai hamba Allah dalam menjalani kehidupan dunia selalu dan selalu dihadapkan pada dua alternatif pilihan yakni : hidup atau mati, sehat atau sakit, senang atau susah, menang atau kalah, sukses/berhasil atau gagal, suka atau tidak suka, sayang atau benci dan berbagai konotasi lainnya.

Pemilihan Umum Legislatif tanggal 9 April 2009 lalu, juga akan mengantarkan seseorang kepada dua alternatif pilihan, baik bagi Partai Politik sebagai kontestan Pemilu maupun bagi seorang Calon Anggota Legislatif yang akan mewakili rakyat di lembaga Legislatif, yakni menang atau kalah (berhasil atau gagal).

Terbatasnya jumlah kursi yang tersedia di lembaga Legislatif, mengakibatkan terbatasnya pula jumlah calon anggota Legislatif yang akan terpilih, sedangkan dilain pihak animo masyarakat untuk menjadi anggota legislatif (DPR, DPRD) sungguh tak terbendung banyaknya,dengan perbandingan minimal 1 : 10 artinya dari satu kursi DPR/DPRD diperebutkan oleh minimal 10 orang calon.

Kita tidak tahu pasti apa gerangan yang menyebabkan diperebutkannya kursi DPR/DPRD itu, apakah karena mudahnya memperoleh penghasilan, untuk mengangkat harkat dan martabat seseorang atau karena semata-mata untuk dapat menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan masyarakat ? Entahlah……. Walaupun secara pasti hasil Pilcaleg belum diumumkn oleh KPU, namun hasil Pilcaleg sudah dapat diprediksi, baik Parpol Pemenang maupun Caleg yang berhasil akan duduk di lembaga terhormat tersebut.

Dibalik pesta demokrasi itu, terjadi pula relung nestapa kekecewaan yang mendalam dari sebagian besar Caleg yang ikut bertarung dalam pesta demokrasi itu. Akibat pesta yang berlangsung tidak sesuai dengan harapan mereka, maka kemurunganlah yang mereka terima, dan realita keadaan ini mereka para Caleg gagal menganggapnya sebagai “musibah”. Sebagian besar dari kita lupa bahwa segala cobaan dan musibah yang Allah timpakan kepada kita adalah merupakan suatu ujian buat kita, sebagaimana disebutkan dalam QS.An-Anbiya’:35 yang artinya :”Dan kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan, dan kepada Kami-lah kamu semua kembali”.

Kita lupa bahwa dibalik cobaan dan ujian Allah itu, kalau saja kita sabar, ikhlas dan tawakkal menerimanya, kita akan mendapatkan Rahmat dar-NYA. Hal ini ditegaskan dalam Hadist Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Tarmizi, yang mengatakan : “Ujian yang tidak henti-hentinya menimpa kaum Mukmin laki-laki dan perempuan, yang menimpa dirinya, hartanya, anaknya, akan tetapi ia tetap sabar, ia akan menemuia Allah dalam keadaan tidak berdosa”. Dalam hadist lainnya yang diriwayatkan oleh R.Ibn Majah disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :”Barangsiapa yang pernah ditimpa musibah lalu ia ingat akan musibah itu serta memperbaharui ucapan istirja’ walaupun sudah berlalu masanya, maka Allah akan memberi pahala kepadanya sebesar pahala di saat ia ditimpa musibah saat itu”.

Sungguh, suatu rahmat dan kenikmatan yang luar biasa yang akan kita dapatkan, jika saja cobaan dan ujian itu kita terima dengan kesabaran hati dan ketenangan jiwa, seraya kita kembali merenungkan kembali sudah sampai sejauhmana kita ingat kepada Allah Azza Wajalla.

Dari beberapa literatur keagamaan (Islam), Drs.Kasmuri Selamat, MA (2006; merangkum beberapa hal yang menjadi tujuan dari musibah atau cobaan yang menimpa seseorang yakni : 1). Untuk membersihkan dan memilih, mana orang mukmin yang sejati dan mana yang munafik ; 2). Untuk mengangkat derajat serta menghapus dosa; 3). Untuk melihat sejauhmana kesabaran dan ketaatan seorang hamba ; 4). Untuk membentuk dan mendidik keperibadian manusia, sehingga menjadi ummat yang berbudi tinggi; 5). Sebagai latihan, supaya manusia terbiasa menerima berbagai ujian, dengan demikian akan bertambah kesabaran, kuat cita-cita dan tetap pendirian.

Dengan mencermati tujuan dari cobaan dan ujian yang ditimpakan kepada kita ini, maka satu hal yang harus dilakukan adalah dengan kembali menyerahkan diri kita kepada Sang Khaliq, seraya berdo’a memohon ampunan atas segala naif, noda dan dosa yang telah kita perbuat. Dalam salah satu hadist dari Ibn Salamah seorang hamba sahaya ummi Salamah, dari ummi Salmah, ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya : :Barangsiapa yang ditimpa musibah lalu berkata : Sesungguhnya kita milik Allah dan kepadanya kitra akan kembali. Ya Allah ! Kurniakanlah kami pahala atas musibah ini, dan berilah kami ganti dengan yang lebih baik daripadanya, melainkan Allah akan memberikan pahala kepadanya, dan akan memberi ganti dengan yang lebih baik”.

Lalu… bagaimana dengan orang yang tidak menerima dengan sabar, ikhlas dan tawakkal atas suatu kegagalan yang menimpa dirinya ? Sungguh, akan mendapatkan ganjaran dari Allah di akherat nanti dalam bentuk yang sungguh menyakitkan. Hal ini antara lain disebutkan dalam salah satu hadist Rasulullah SAW yang mengatakan :”Bagi orang yang memekik-mekik (ketika ditimpa musibah) dan belum bertaubat sebelum ia meninggal dunia, maka pada hari kiamat ia akan di siksa dengan pakaian yang dibuat dari besi panas serta menumannya dari cairan timah (HR.Muslim).

Agar kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang sebagaimana disebutkan dalam Hadist Riwayat Muslim di atas ini, , Abu Al-Faraj Ibn Al-Jauzi, mengemukakan ada enam perkara yang harus dilakukan seseorang yang terkena musibah atau cobaan sebagai obat bagi mereka. Ke enam perkaran tersebut adalah :

a). Hendaklah seseorang itu menyadari, bahwa dunia ini adalah tempat ujian dan kesusahan, bukan tempat untuk bersenang-senang ;

b). Hendaklah seseorang itu meyakini bahwa setiap musibah yang datang itu adalah ketentuan dari Allah ;

c). Hendaklah orang yang terkena musibah itu melihat kepada musibah yang lebih besar yang pernah menimpa kepada orang lain selain dirinya ;

d). Hendaklah ia membandingkan antara musibah yang menimpa dirinya dengan musibah yang dialami oleh orang lain, dengan demikian hatinya akan sedikit terhibur ;

e). Hendaklah ia mengharapkan ganti dari Allah sekiranya yang pergi itu masih boleh mendapat gantinya ;

f). Hendaklah orang yang terkena musibah titu mengharapkan pahala dengan senantiasa bersikap sabar karena yang demikian itulah yang terbaik baginya”.

Selain ke enam obat di atas, Drs.Kasmuri Saelamat,MA. (2006:23-24) menyampaikan juga beberapa obat dari musibah atau cobaan yang dialami seseorang yakni : a). Hendaklah orang yang terkena musibah itu memahami akan kehendak Allah, barangkali yang demikian itu adalah yang paling baik untuk dirinya ; b). Hendaklah orang yang terkena musibah itu mengetahui bahwa beratnya musibah yang menimpa diri orang itu, karena orang tersebut adalah hamba pilihan dari Allah ; c). Hendaklah orang yang terkena musibah itu menyadari bahwa dirinya adalah seorang hamba yang tidak ada daya dan upaya ketika berhadapan dengan kekuasaan-Nya ; d). Hendaklah orang ditimpa musibah itu menyadari, bahwa musibah yang ditimpakan kepada dirinya itu adalah atas kerelaan Allah, justru itu a harus rela menerimanya ; e).

Hendaklah orang yang ditimoa musibah itu mencela dirinya jika ada perasaan menyesal di hatinya, sebab musibah itu adalah merupakan keputusan dari Allah, justru itu perasaan menyesal haaruslah dihilangkan ; f). Hendaklah orang yahg ditimpa musibah itju memahami, bahwa musibah yang menimpa dirinya itu sifatnya sementara, bukanlah untuk selamanya.

Terkait musibah atau cobaan yang dialami oleh sebagian besar Caleg, baik DPR maupun DPRD, rupanya mereka belum menyadari sepenuhnya rahmat yang terkandung dibalik musibah atau cobaan itu, akibatnyha berbagai ulah kelakuan mereka perbuat yang justru mencelakakan dirinya serta meninggalkan derita bagi keluargany
a. Mereka, para Caleg Gagal ada yang sampai bunuh diri, ada yang stres dan masuk rumah sakit jiwa, ada yang mengambil kembali sumbangan yang telah diberikan kepada masyarfakat pemilih karena mereka tidak mendapatkan suara sesuai yang diharapkan, ada yang mengusir masyarakat dari tanah milik Caleg yang ditempatinya, ada yang manabrakkan diri dengan kendaraannya ke pohon, ada yang menutup jalan agar orang lain tidak bisa lewat, dan berbagai aksi negatif lainnya.

Secara kasat mata kalau kita lihat cost atau pengeluaran yang mereka keluarkan pada saat kampanye tidak juga kita heran, karena tanpa dibekali dengan Iman dan taqwa serta pertimbangan lainnya mereka tanpa pikir panjang jor-joran mengeluarkan dana kampanya sampai puluhan, ratusan dan bahkan ada yang sampai milyaran rupiah, dan dana itu bukanlah merupakan dana abadi miliknya, tapi diperoleh dengan cara menjual harta kekayaan yang dimilikinya, berhutang dengan suku bunga yang aduhai besarnya dengan harapan ia akan ganti dengan uang rakyat yang akan diperolehnya ketika ia nanti telah duduk di kursi empuk DPR/DPRD.

Berbagai kejadian dan pengalaman yang kita dapatkan dari Pemilu Legislatif tanggal 9 April 2009 lalu, setidaknya ada empat hal yang menjadi renungan kita bersama yakni :

Pertama : Bagi masyarakat pemilih, dengan berbagai ulah yang ditunjukkan oleh Caleg Gagal itu, hendaknya menjadi bahan evaluasi dimasa mendatang dalam memilih dan menentukan Caleg yang akan dipilih, masyarakat harus benar-benar jeli dalam menentukan pilihannya. Para Caleg gagal yang berbuat aneh dan tidak wajar ketika ia tidak terpilih, setidaknya menandakan bahwa pribadi orang tersebut adalah sangat riskan untuk menjadi anggota DPR/DPRD.  Ia memiliki ketimpangan emosional yang sesungguhnya tidak memenuhi syarat untuk menjadi Wakil Rakyat ;

Kedua : Bagi Pemerintah, tindakan dan kelakuan aneh dan tidak wajar yang ditunjukkan oleh para Caleg gagal titu, hendaknya dijadikan bahan dalam memperketat persyaratan untuk menjadi Caleg ;

Ketiga : Bagi Parpol yang dijadikan jembatan penyebrangan menuju kursi DPR/DPRD, dalam merekrut Caleg hendaknya benar-benar selektif dalam memilih dan menentukan Caleg yang akan diusung Parpolnya, karena bagaimanapun juga, tindakan dan kelakuan negatif dan tidak wajar dari Caleg Gagal, sedikit tidak merupakan refresentasi dari Parpol itu sendiri. Jadi jangan hanya karena pertimbangan punya massa banyak, atau karena Caleg tersebut bisa memberikan kuncuran dana untuk Partai, atau karena ada jasa tertentu lalu mereka merekomendasikan dan mengajukannya sebagai Caleg ;

Keempat : Bagi person-person masyarakat umum yang punya angan-angan untuk menjadi anggota DPR/DPRD, hendaknya pengalaman Caleg Gagal dalam Pemilu Legislatif 9 April 2009 lalu dijadikan dasar pertimbangan yang urgent sebelum mengambil keputusan untuk mencalonkan diri. Kematangan dalam berbagai hal seperti kematangan berfikir dan bertindak, kematangan emosional, kematangan finansial, kematangan dalam menilai dan meyakini watak dan karakter masyarakat pemilih, karena masyarakat sekarang walaupun buta huruf saja sudah bisa main politik, dikasi uang atau barang pasti akan diambil, tapi belum tentu suara akan diberikan kepada Calon yang memberikan uang atau barang tadi, serta kematangan lainnya hendaknya betul-betul sudah disiapkan berdasarkan kajian analisis akurat yang didasari pula dengan keseimbangan iman dan emosional.

Gumi Sasak, 28 April 2009.

Penulis adalah
Pemerhati Masalah Sosial Kemasyarakatan

SimpleWordPress

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here