Safari Peternak Sapi dengan Bank Indonesia Mataram, menyukseskan BSS

Website Instan

TUBAN [Sasak.org] Program Bumi Sejuta Sapi (BSS) rasanya seperti hanya sebuah judul film yang tidak jelas kapan dimulai produksinya dan bagaimana jalan ceritanya. Mungkin yang tahu hanya sutradara, produser, dan kru filmya saja. Melihat fenomena tersebut, Kepala Bank Indonesia Mataram H.M.Junaifin melakukan langkah-langkah konkrit dalam mengembankan peternakan sapi. “satu-satunya bank yang ngurus sapi” seloroh beliau dalam suatu kesempatan.

Dengan memberikan bantuan pembuatan Biodigester, pabrik kompos, pertanian organik kepada Komunitas Sasak dalam program Bangun Desa di Sukarara Lombok Tengah. Sebuah program meningkatkan nilai tambah bagi setiap peternak dengan membuat mereka mandiri energi, mampu memproduksi pupuk sendiri baik berupa kompos maupun bio urine, sampai ke pertanian organiknya.

Bank Indonesia Mataram juga bekerjasama dengan Pemerintah KSB membina para kelompok ternak sapi. Untuk memaksimalkan program tersebut, Bank Indonesia yang dipimpin langsung oleh Kepala BI Mataram H.M. Junaifin melakukan studi banding ke Jawa Timur yang pola beternak sapinya sudah sangat modern. Ditemani Dekan Fakultas Peternakan Unram Prof. Sai jagek aran dan Prof sai jagek aran beserta Dinas Peternakan KSB. Peserta yang terdiri dari peternak-peternak pilihan dari KSB dan dari Lombok Tengah. Selama 3 (tiga) hari mulai Tanggal 26-28 September berbagai pengalaman dan pelajaran didapatkan para peserta studi banding.

Mengelola Sapi dari Hulu ke Hilir

Dihari pertama studi banding, para peserta diajak ke Bumi Peternakan Wahyu Utama di ujung barat Kabupaten Tuban yang langsung berbatasan dengan Jawa Tengah. Para peserta langsung dibuat terkagum-kagum dengan lokasi peternakan tersebut. Bumi peternakan Wahyu Utama memelihara 1.200 ekor sapi. Tuban yang termasuk daerah tandus tentu mirip dengan pulau sumbawa maupun pulau lombok bagian selatan, tetapi peternakan disini tidak terpengaruh oleh tidak adanya pakan hijauan seperti banyak dikeluhkan oleh peternak sapi di NTB.

Pengelola peternakan dilembagakan dalam bentuk koperasi dan memiliki 70 (tujuh puluh)karyawan dan saat ini juga telah memiliki Rumah Makan besar berdekatan dengan lokasi peternakan. Ada beberapa pelajaran penting yang didapatkan di Wahyu Utama yaitu :

  • Pakan ternak lebih banyak konsentrat daripada hijauan, hal ini dilakukan karena kurangnya sumber pakan hijauan di tuban.
  • Orientasi peternakan ada pada pembibitan dan pemotongan ternak sapi.
  • Pola kemitraan dengan berbagai koperasi ternak dengan pola kemitraan yang sama-sama menguntungkan.
  • Memproduksi sendiri konsentrat, obat fragmentasi, dan berbagai jenis obat-obatan untuk ternak.
  • Berani mengambil resiko dengan mengutang modal ke bank sampai 1 Milyar melalui prograk KUPS (Kredit Usaha Pembibitan Sapi) di Bank Jatim.
  • Menjadikan Bumi Peternakan Sapi sekaligus menjadi pasar sapi yang menguntungkan bagi peternak.
  • Menerapkan pola reward bagi pegawai yang berhasil, sebagai contoh. Sebelum sapi masuk kandang, si sapi melewati timbangan, apabila berat sapi sesuai standar maka pegawai yang bertanggungjawab terhadap sapi tersebut diberikan bonus.

“Kami membayangkan, andaikan para pengusaha atau yang punya uang banyak di Lombok atau Sumbawa menginvestasikan uangnya untuk peternakan seperti itu, tentu berapa banyak laba yang ia dapatkan dan tentunya membuka lapangan kerja, terutama di Pulau Sumbawa yang lahannya luas dan sekaligus mempunyai Rumah Potong Hewan Internasional” ungkap Zuklipli, SE, MM, Koordinator Lapangan Program Bangun Desa KS-IPEBI

Beternak dengan memanfaatkan teknologi

Namanya Maskur, bergaya santai, rendah hati. Siapa sangka kalau beliau punya harta 90 Milyar. Dari seorang yang hanya mantan sales yang harus menerima cemoohan orang karena sarjana menjadi petani peternak. Tapi hari ini, semua berpendapat lain, Maskur, Petani asal Bareng Jombang yang sukses. Beliau adalah ketua Kelompok Ternak Bidara Tani yang menginduki puluhan kelompok ternak di Jombang. Dengan banyak memanfaatkann teknologi, terutama dipengolahan pakan, dan berani mengambil resiko usaha.

Para peserta studi banding mendapatkan pelajaran berupa :

  • Sarjana yang menjadi petani juga bisa sukses.
  • Memanfaatkan setiap peluang kredit/Pembiayaan untuk membiayai atau mengembangkan usahanya.
  • Berani menciptakan berbagai alat produksi atau teknologi yang ada kaitannya dengan ternak dan berhasil memaksa pemerintah daerah membayar mesin-mesin tersebut kemudian membagikannya ke kelompok-kelompok ternak.
  • Setiap lini dari alur peternakan memanfaatkan teknologi, mulai IB, pemisahan anak sapi, sampai pada penjualannya memanfaatkan peluang pasar di luar dan dalam negeri.
  • Kandang yang dibuat sangat bersih untuk ukuran kandang, dibuat dengan rangka baja dan saluran kotoran yang sudah disiapkan sebelumnya.

Saat ini, Koperasi Bidara diberikan kepercayaan sangat besar oleh pemerintah dan bank, jika 6 tahun sebelumnya, mengajukan kredit atau pembiayaan ke bank sangat sulit, kini bank datang menawarinya. Sama seperti Kelompok Ternak Wahyu Utama Tuban, Koperasi Bidara juga menerima dana pinjaman sebesar 50 milyar rupiah. [ZKP/WKS]

SimpleWordPress

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here